Oleh
KRT. KH.Mukhammad Musyrifin PRB S.pd
Syech Sulaiman “ Al Washil “ Ali Syamsuddin adalah seorang Ulama Khowas utusan Kesultanan Turki Utsmani. Beliau diperintahkan untuk berdakwah ke Jawa Dwipa (Pulau Jawa), dan begitu menapakkan kaki di Pulau Jawa beliau bermukim dan membangun padepokan di wilayah Kabupaten Nganjuk tepatnya di wilayah Kecamatan Sawahan yakni di lereng Gunung Wilis (Sadepok).
Berdasarkan sejarah Syech Sulaiman “ Al Washil “ Ali Syamsuddin memiliki enam orang santri, yaitu :
1. Sang Prabu Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara. (Raja Kerajaan Kadiri / Kahuripan yang memerintah sejak tahun 1135 - 1157. Karena melihat ke Arifan dan setelah menguji Kesaktian Syech Sulaiman “ Al Washil “ Ali Syamsuddin, maka beliau memutuskan sebagai Mu’alaf dan mempelajari agama Islam hingga meraih derajat Ma’rifatullah).
2. Ki Hajar Subroto. (Seorang Pertapa Sakti, karena kalah tanding dengan Syech Sulaiman “ Al Washil “ Ali Syamsuddin, kemudian Mu’alaf dan mempelajari agama Islam hingga meraih derajat Ma’rifatullah).
3. Ki Singa Yudha / Ki Manggala (Seorang Senopati Perang Kerajaan Kadiri / Kahuripan, karena kalah tanding dengan Syech Sulaiman “ Al Washil “ Ali Syamsuddin, kemudian memutuskan sebagai Mu’alaf dan mempelajari agama Islam hingga sampai pada tataran Hakikat).
4. Ki Singa Jaya / Ki Adijaya (Seorang Senopati Perang Kerajaan Kadiri / Kahuripan, karena kalah tanding dengan Syech Sulaiman “ Al Washil “ Ali Syamsuddin, beliau kemudian memutuskan sebagai Mu’alaf dan mempelajari agama Islam hingga sampai pada tataran Hakikat).
5. Ki Singa Kerta / Ki Daniswara (Seorang Senopati Perang Kerajaan Kadiri / Kahuripan, karena kalah tanding dengan Syech Sulaiman “ Al Washil “ Ali Syamsuddin, beliau kemudian memutuskan sebagai Mu’alaf dan mempelajari agama Islam hingga sampai pada tataran Hakikat).
6. Ki Singa Reksa / Ki Ganendra (Seorang Senopati Perang Kerajaan Kadiri / Kahuripan, karena kalah tanding dengan Syech Sulaiman “ Al Washil “ Ali Syamsuddin, beliau kemudian memutuskan sebagai Mu’alaf dan mempelajari agama Islam hingga sampai pada tataran Hakikat).
Adalah Syech Sulaiman “ Al Washil “ Ali Syamsuddin, yang diberikan gelar oleh Raja Kadiri / Kahuripan sebagai “ Resi Agastya Hariwangsa “, memulai Syi’ar Dakwah Islam bersama keempat santrinya yaitu : Ki Singa Yudha, Ki Singa Jaya, Ki Singa Kerta, serta Ki Singa Reksa, pada tahun 1151 Masehi. Mereka berlima menunggangi kuda mereka masing-masing menuju arah timur kerajaan Kadiri / Kahuripan, hal ini sebagaimana hasil Istikhoro yang diterima oleh Syech Sulaiman “ Al Washil “ Ali Syamsuddin, yaitu mencari sumber mata air yang di sekitarnya ditumbuhi pohon Telaga Sari.
Hingga suatu ketika Syech Sulaiman “ Al Washil “ Ali Syamsuddin dan keempat santrinya sampai di sebuah hutan belantara sebelah timur sungai Brantas. Setelah melakukan Sholat, Dzikir dan Bermunajah kepada Allah Swt, Syech Sulaiman “ Al Washil “ Ali Syamsuddin dan keempat santrinya dikejutkan oelh kehadiran beberapa mahluk ghoib yang merasa terusik dengan kehadiran Syech Sulaiman “ Al Washil “ Ali Syamsuddin dan keempat santrinya. Kemudian Keempat santri beliau segera bereaksi melihat kedatang bangsa Jin tersebut. Mereka paham bagaimana menghadapi bangsa Jin tersebut. Justru bangsa Jin tersebut tidak tahu siapa yang sedang mereka hadapi. Andai mereka tahu pasti mereka akan hormat dan tidak melakukan reaksi penolakan akan kehadiran Syech Sulaiman “ Al Washil “ Ali Syamsuddin dan keempat santrinya tersebut. Maka terjadilah sebuah pengeroyokan yang sangat tidak seimbang, yang dilakukan oleh bangsa Jin penghuni hutan belantara tersebut kepada Syech Sulaiman “ Al Washil “ Ali Syamsuddin dan keempat santrinya tersebut. Berkat Ridloh Allah Swt kepada Syech Sulaiman “ Al Washil “ Ali Syamsuddin dan keempat santrinya, di dukung dengan ke ilmuan yang telah mereka pelajari dari Syech Sulaiman “ Al Washil “ Ali Syamsuddin, keempat santri tersebut mampu mengalahkan bangsa Jin tersebut satu demi satu bangsa Jin tersebut hangus terbakar, Sementara yang belum terbakar, menyerah dan pasrah kepada Syech Sulaiman “ Al Washil “ Ali Syamsuddin dan keempat santrinya.
Kemudian Syech Sulaiman “ Al Washil “ Ali Syamsuddin dan keempat santrinya membaca Hizib Sulaiman (ilmu yang berguna untuk berkomunikasi dengan bangsa Jin, binatang, serta tumbuh-tumbuhan) melakukan komunikasi dengan seluruh penghuni hutan belantara tersebut. Syech Sulaiman “ Al Washil “ Ali Syamsuddin mengatakan bahwa beliau akan tinggal dan hidup bersama mereka semua di dalam hutan tersebut sampai akhir zaman. Beliau berpesan bahwa sejak hari itu mereka semua adalah satu keluarga, sehingga tidak ada rasa iri, dengki, dendam dan saling memusuhi satu dengan lainnya. Dan seyogyanya saling bantu dan tolong menolong jika salah satu diantara mereka mengalami kesulitan. Alhamdulillah berkat ridloh Allah Swt Kesepakatan pun terjadi. Sehingga sejak saat itu terjadilah Mutualisme Symbiosis – Symbiosis Mutualisme diantara seluruh penghuni hutan tersebut.
Dan pada hari Jum’at Legi, Tanggal 10 Muharram 572 Hiriyah / 10 Badrawarna 2062 Jawi / 10 Agustus 1151 Masehi, Syech Sulaiman “ Al Washil “ Ali Syamsuddin dan keempat santrinya atas izin Allah Swt mulai membuka hutan belantara tersebut dengan mendirikan sebuah Surau, Padepokan, Pemukiman dan Ladang Pertanian untuk sekedar bercocok tanam.
Tidak lama kemudian, mulai terdengar oleh masyarakat di seantero wilayah kerajaan Kadiri / Kahuripan, bahwa di hutan belantara di timur kota raja Kadiri / Kahuripan, telah dibuka menjadi sebuah pemukiman penduduk. Dibuka oleh seorang ulama dan empat santrinya. Satu demi satu masyarakat mencoba datang dan membuktikan kabar berita yang mereka dengar. Dan satu persatu mereka membuktikan kebenaran kabar berita tersebut dengan bertemu langsung dengan Syech Sulaiman “ Al Washil “ Ali Syamsuddin dan keempat santrinya, selaku pembuka hutan belantara tersebut. Lalu masyarakat langsung bisa mengenali siapa yang membuka hutan belantara tersebut. Mereka adalah Syech Sulaiman “ Al Washil “ Ali Syamsuddin, yang diberikan gelar oleh Raja Kadiri / Kahuripan sebagai “ Resi Agastya Hariwangsa “, yang di damping keempat orang santri beliau.
Masyarakat yang mulai berdatangan bersam keluarga keempat orang santri Syech Sulaiman “ Al Washil “ Ali Syamsuddin, berjumlah kurang dari seratus keluarga tersebut langsung bersimpuh dan menghormat kepada Syech Sulaiman “ Al Washil “ Ali Syamsuddin dan keempat santrinya, mereka memohon untuk diberikan izin untuk ikut menghuni hutan belantara tersebut. Lantas masyarakat para pendatang tersebut bertanya apa tempat tinggal yang baru dibuka ini sudah memiliki nama ?
Kemudian Syech Sulaiman “ Al Washil “ Ali Syamsuddin Membaca “ Bismillahir Rohmanir Rohim “, Mulai saat ini hutan belantara ini aku beri nama “ Telaga Sari “. Para pendatang tersebut lantas bertanya, apakah makna dari “ Telaga Sari “. itu kanjeng Syech … ??? Lalu dengan singkat Syech Sulaiman “ Al Washil “ Ali Syamsuddin menceritakan kisah perjalanan beliau hingga sampai bisa membuka hutan belantara tersebut dan membangun Surau, Padepokan, Pemukiman dan Ladang Pertanian. Telaga bermakna Sumber Kemakmuran dan Sari bermakna Pusat. Maka Telaga Sari bermakna Pusat Kemakmuran. Para pendatang pun bisa memahami apa yang telah di ceritakan secara singkat oleh Syech Sulaiman “ Al Washil “ Ali Syamsuddin.
Dengan datangnya masyarakat dan keluarga keempat santri Syech Sulaiman “ Al Washil “ Ali Syamsuddin, maka hutan belantara tersebut berubah menjadi suatu pemukiman penduduk setingkat desa yang bergeliat membangun suatu peradaban. Syech Sulaiman “ Al Washil “ Ali Syamsuddin yang mengemban amanah Kesultanan Turki Utsmani sedikit demi sedikit mulai berdakwah dan mengajarkan agama Islam kepada masyarakat Desa Telaga Sari di Padepokan yang beliau bangun. Tak kurang dari 100 kepala keluarga yang memperdalam agama Islam kepada beliau dan menyatakan menjadi pengikut setia (Santri Pertama) beliau. Dan sesekali Syech Sulaiman “ Al Washil “ Ali Syamsuddin, kembali ke lereng gunung Wilis untuk menemui santri beliau yaitu Ki Hajar Subroto dan juga ke Istana Raja Kadiri / Kahuripan untuk menemui Sang Prabu Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara.
Pada tahun 1155 Sang Prabu Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara bersama Syech Sulaiman “ Al Washil “ Ali Syamsuddin, menulis sebuah Serat / Kitab, yang diberi nama “ Serat / Kitab Jangka Tri Wikrama Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara “. Serta / Kitab tersebut ditulis berhuruf Jawa dan berbahasa Jawa Kawi (Kuno). Serat / Kitab Jangka Tri Wikrama Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara, ditulis ulang dalam huruf Arab Pegon berbahasa Jawa, pada tahun 1618 dengan nama “ Kitab Musaror “ oleh Sunan Giri Prapen.
Setelah peradaban Desa Telaga Sari tersebut berubah menjadi salah satu tempat rujukan masyarakat di dalam mempelajari agama Islam, dan keempat santri Syech Sulaiman “ Al Washil “ Ali Syamsuddin juga telah menjadi penyebar agama Islam, maka di usia beliau yang sangat tua yakni 117 tahun, tepat pada hari Jum’at Legi, tanggal 10 Muharrom 642 Hijriyah / 10 Badrawarna 2131 Jawi / 25 November 1221 Masehi, beliau menghadap Allah Swt sebagai Min Jumlatil ‘Aulia’ (Waliyullah).
Jika dihitung sejak berdirinya Desa Telaga Sari, pada hari Jum’at Legi, Tanggal 10 Muharram 572 Hiriyah / 10 Badrawarna 2062 Jawi / 10 Agustus 1221 Masehi,, maka di tanggal 10 Muharrom 1442 Hijriyah / 10 Badrawarna 2932 / 29 Agustus 2020 Masehi nanti, adalah peringatan Hari Lahir Desa Telaga Sari Ke - 869.
Sedangkan Jika dihitung sejak wafatnya beliau : Jum’at Legi, tanggal 10 Muharrom 642 Hijriyah / 10 Badrawarna 2131 Jawi / 25 November 1221 Masehi, maka pada tanggal 10 Muharrom 1442 Hijriyah / 10 Badrawarna 2932 / 29 Agustus 2020 Masehi nanti, adalah peringatan Haul Syech Sulaiman “ Al Washil “ Ali Syamsuddin yang ke - 799.
Semoga dengan Penulisan Sejarah Singkat Sejarah Singkat Dakwah Syech Sulaiman “ Al Washil “ Ali Syamsuddin Dan Terbentuknya Desa Telaga Sari, Allah Swt menambah Nikmat seluruh warga masyarakat Desa Telaga Sari Ngijo, Kec. Karang Ploso, Kab. Malang. Dan menjadikan Desa Telaga Sari Ngijo sebagai Desa yang *_“ Baldatun Thoyyibatun wa Robbun Ghofuur - Gemah Ripah Loh Jinawi Toto Tentrem Kerta Raharja Kalis Ing Rubeda lan Sambikala “._*
Aamiin Yaa Mujibas Saa’iliin.
Wallahu A’lam Bishshowab.
*_Khodimul ‘Ummat Dlo’if wal Faqiir Ilaa Rohmatillah Tahta Aqdami Turobbikum Bengkel Akhlaq Padepokan Dzikir Dan Ta’lim Bumiaji Panatagama Kota Batu._*
Navigation
Post A Comment: