_DESA BALUNGDOWO, KEC. CANDI, KAB. SIDOARJO, JAWA TIMUR_
Berawal dari Maulana Syarif Hidayatullah/ Sunan Gunung Jati di dalam Syi’ar Agama Islam di Kerajaan Talaga, Galuh Pakuwon, Sumedang Larang Hingga Kerajaan Terbesar Di Jawa Barat Saat Itu Yaitu Kerajaan Pajajaran Yang RajaNya Terkenal Sakti Mandraguna Bergelar *“PRABU SILIWANGI”,* Yang Tiada Lain Adalah Kakek Maulana Syarif Hidayatullah/ Sunan Gunung Jati Sendiri. Mengutus beberapa orang Peng-geden (pembesar) yang memeliki kesaktian yang tinggi, untuk memberikan pengawasan terhadap daerah taklukan kesultanan Cirebon, karena masih ada beberapa bekas Adipatih yang belum ikhlas jika masyarakatnya memeluk agama Islam. Di antara Peng-geden (pembesar) Kesultanan Cirebon yang diutus menjadi pengawas daerah taklukan tersebut adalah Seorang Berkebangsaan Arab yang tiada lain adalah Santri Kinasih dari Maulana Syarif Hidayatullah yang berasal dari Negeri Baghdad, Beliau bernama Sayyid Syarif Abdurrohman Bin Sayyid Syarif Sulaiman Al Baghdadi.
Di Kisahkan Sebelum berguru kepada Maulana Syarif Hidayatullah/ Sunan Gunung Jati, Ayah Sayyid Syarif Abdurrohman bertemu Maulana Syarif Hidayatullah/ Sunan Gunung Jati pada saat Ibadah Haji tahun 1385. Dan terjadi perbincangan yang pada akhirnya Sang Sultan Bagdad Sayyid Syarif Sulaiman berkehendak menitipkan putra beliau kepada Maulana Syarif Hidayatullah/ Sunan Gunung Jati untuk di didik menjadi seorang Muslim yang paripurna. Demikianlah awal seorang Sayyid Syarif Abdurrohman Bin Sayyid Syarif Sulaiman Al Baghdadi berada di Kesultanan Cirebon dan berguru kepada Maulana Syarif Hidayatullah/ Sunan Gunung Jati.
Nama Beliau Adalah Sayyid Syarif Abdurrohman Bin Sayyid Syarif Sulaiman, Putera Sultan dari Negeri Baghdad. Beliau Lahir Pada Tahun 1370 Masehi Di Baghdad, Iraq. Kemudian Berangkat Ke Cirebon Untuk Menuntut Ilmu/ Berguru Kepada Maulana Syarif Hidayatullah/ Kanjeng Sunan Gunung Jati, Pada Tahun 1387 Masehi. Beliau Adalah Santri yang Tawadlu’ Dan sangat berbhakti kepada Gurunya yaitu Maulana Syarif Hidayatullah/ Kanjeng Sunan Gunung Jati, Sehingga Beliau dapat dengan cepat menyelesaikan berbagai Pembelajaran yang di Ajarkan oleh Gurunya. Hingga pada suatu ketika Beliau diberikan Tugas untuk turun Gunung, melakukan Dakwah Islamiyah Di kawasan wilayah Kerajaan Talaga, Galuh Pakuwon, Sumedang Larang hingga Kerajaan terbesar Di Jawa Barat saat itu yaitu Kerajaan Pajajaran yang Rajanya terkenal Sakti Mandraguna Bergelar *“PRABU SILIWANGI”.* Alhamdulillah Karena Izin Allah Swt dan Ma’unah Allah Swt, Beliau mampu menyelesaikan satu demi satu Tugas Dakwah Islamiyah yang Di Amanatkan kepadanya. Hingga Suatu ketika Beliau Berdakwah Di Wilayah Kerajaan Talaga Yang Memiliki Patih Yang Sangat Sakti Bernama Ki Pancawala. Singkat Cerita, Sayyid Syarif Abdurrohman, Mampu Mengalahkan Ki Pancawala. Tidak Cuma Mampu Mengalahkan Ki Pancawala Saja tetapi Beliau Juga Berhasil MengIslamkan Ki Pancawala beserta KeluargaNya sekaligus menikahi Puteri Ki Pancawala yang Cantik Jelita bernama Nyi Mas Ratu Antra Wulan.
Sepulang Dari Dakwah Islamiyah Yang Di Amanatkan Gurunya Maulana Syarif Hidayatullah/ Sunan Gunung Jati, Maka Sayyid Syarif Abdurrohman Di Angkat Menjadi Senopati Perang Ke Sultanan Cirebon yang saat itu di bawah kepemimpinan Maulana Syarif Hidayatullah/ Sunan Gunung Jati Dan Diberikan Gelar *KI AGENG SURO PATIH,* Yang Memiliki Makna: Bangsawan Yang Berani Mati. Makna Berani Mati Adalah Seseorang Yang Sakti Mandraguna *“ORA TEDHAS TAPAK PALUNING PANDE”* Tidak Mempan Oleh Berbagai Ilmu Kadigdayaan Maupun Berbagai Jenis Senjata.
Setelah Menikah Sayyid Syarif Abdurrohman dan Nyi Mas Ratu Antra Wulan (Istri Beliau) yang sekarang memiliki nama/ Gelar Ki Ageng Suro Patih dan masyarakat kala itu terbiasa memanggil beliau Ki Suro, memohon pamit untuk membangun sebuah pedukuhan/ perkampungan di sebuah tegalan di tengah-tengah hutan yang dahulu terdapat Gubug Kecil yang pernah mereka singgahi ketika perjalanan dari Kerajaan Talaga Menuju Kesultanan Cirebon. Dan dengan Doa restu Sang Guru (Maulana Syarif Hidayatullah/ Sunan Gunung Jati) Pedukuhan tersebut diberi Nama *“TEGAL GUBUK”* Yang Maknanya: Sebuah Rumah Kecil yang sederhana terbuat dari bambu yang di sekitarnya terdapat Tegalan yang siap ditanami.
Adapun tempat tersebut akhirnya menjadi tempat peristirahatan terakhir beliau dan Abdi-abdi beliau dan sampai sekarang banyak dikunjungi Peziarah dari berbagai penjuru tanah air. Adapun Lokasinya terletak di Desa Tegal Gubuk, Kec. Arjawinangun, Kab. Cirebon, Jawa Barat. Dengan Luas tanah 600 M2 , Dengan Bangunan Seluas 50 M2 , Adapun Kepemilikan tanah tersebut adalah Tanah Keraton Kesultanan Cirebon.
Adapun Di Komplek Makam Aulia’ Tersebut Bersemayam Antara Lain:
1. Ki Gede Suro Patih/ Sayyid Syarif Abdurrohman
2. Raden Kencana
3. Kyai Agus 'Aliman
4. Syaikh Qomaruddin
5. Ki Tameng Pati
6. Ki Kuta
7. Ki Abdul Majid
8. Syaikh Abdul Jamil
9. Ki Gede Mataram
10. Syaikh Yusuf
11. Ki Gede Benting
12. Nyi Masiyah
13. Nyi Kedok Pentul
*Bagaimana Beliau Bisa Sampai Ke Desa Balungdowo, Kec. Candi, Kab. Sidoarjo?*
Singkat Cerita: Setelah membangun sebuah pedukuhan/ perkampungan di sebuah tegalan di tengah-tengah hutan yang dahulu terdapat Gubug Kecil yang pernah mereka singgahi ketika perjalanan dari Kerajaan Talaga Menuju Kesultanan Cirebon. Dan dengan Doa restu Sang Guru (Maulana Syarif Hidayatullah/ Sunan Gunung Jati) Pedukuhan tersebut diberi Nama *“TEGAL GUBUK”* Yang MaknaNya: Sebuah Rumah Kecil yang sederhana terbuat dari bambu yang di sekitarnya terdapat Tegalan yang siap ditanami. Beliau Terus Berdakwah di Dampingi Istri Setia Beliau Nyi Mas Ratu Antra Wulan. Dari Daerah Satu Ke Daerah Yang Lain Hingga Allah Swt Memanggil Beliau Pulang Ke Rohmatullah untuk kali Pertama, Yaitu Pada Tahun 1433 Masehi/ pada usia 63 Tahun Dan Beliau Di Makamkan Di Desa Tegal Gubuk, Kec. Arjawinangun, Kab. Cirebon, Jawa Barat. Dengan Luas tanah 600 M2 , Dengan Bangunan Seluas 50 M2 ,Adapun Kepemilikan tanah tersebut adalah Tanah Keraton Kesultanan Cirebon.
Sepeninggal Suami Tercinta, Nyi Mas Ratu Antra Wulan Melanjutkan Dakwahnya Sendiri, Beliau Menitipkan Putra-Putri Beliau Pada Maulana Syarif Hidayatullah/ Kanjeng Sunan Gunung Jati Di Ke Sultanan Cirebon. Hingga Suatu Peristiwa Dimana Nyi Mas Ratu Antra Wulan Di Dalam Perjalanan Beliau Berdakwah Dari Jawa Barat Menuju Jawa Tengah, Beliau Di hadang Perampok yang JumlahNya Banyak Dan Sakti Mandraguna. Pada Saat Beliau Dalam Kondisi Terdesak Dan Terjepit, Beliau Menyeruh Kepada Allah Swt: “Ya Allah Andai Suamiku masih hidup maka Perampok-perampok Ini tidak akan bisa MembuatKu Sengsara”, Begitu Berulang Kali Sampai Suatu Kejadian Di Luar Akal Sehat Manusia Terjadi. Tiba-tiba Bagian Belakang Pundak Nyi Mas Ratu Antra Wulan ada yang Memegang Dan Mengatakan: “Jangan Khawatir IstriKu, Aku Ada Di BelakangMu Dan Akan Aku Insyafkan Mereka Sehingga Mereka Berhenti Menjadi Perampok”. Begitu Mendengar Suara Yang Tak Asing Di Telinganya, Serentak Nyi Mas Ratu Antra Wulan Menoleh Ke Belakang Dan Begitu Terkejutnya Beliau Melihat Suaminya Berada Di Belakangnya Dan Siap Bertarung Dengan Para Perampok2 Tersebut. Al Hasil Para Perampok Tersebut, Berhasil Di Kalahkan Dan Berjanji Untuk Tidak Menjadi Perampok Lagi. Akhirnya Sayyid Suro Sulaiman Bersama Istrinya Melanjutkan Perjalanannya Sampai Ke Kab.Tegal, Jawa Tengah.
Untuk Kesekian Kalinya Beliau Dan Istrinya Melanjutkan Dakwah Islamiyah Di Daerah Tegal Jawa Tengah. Suatu Ketika Utusan Ke Sultanan Baghdad Mencari Beliau, Karena Beliau Adalah Putera Sultan Baghdad Sayyid Syarif Sulaiman Al Baghdadi. Adapun Yang Mencari Beliau Adalah *Sayyid Syarif Ahmadun Bin Sayyid Syarif Sulaiman Adik Kandung Beliau,* Yang Sudah Bertahun-tahun mencari Beliau untuk Di Ajak Pulang Ke Baghdad Dalam Rangkah Suksesi Kepemimpinan Kesultanan Baghdad/ Menggantikan Ayahandanya Yang Sudah Meninggal Dunia. Akan Tetapi Setelah Di Jelaskan Oleh Sang Adik Beliau Memutuskan Untuk Tetap Menjadi Penyebar Agama Allah Di Pulau Jawa Sebagaimana Amanat GuruNya Maulana Syarif Hidayatullah/ Kanjeng Sunan Gunung Jati. Akhirnya Sang Adik pun Juga Tidak Mau Kembali Ke Baghdad, Sayyid Ahmadun Memutuskankan Diri Untuk Mengikuti Jejak Kakak KandungNya Menjadi Penyebar Agama Islam Di Pulau Jawa. Bersama *Adik Kandung Sayyid Syarif Ahmadun Bin Sayid Syarif Sulaiman,* Beliau Berdakwah Di Daerah Tegal Serta Membangun Sebuah Bangunan Monumental Yang Hingga Saat Ini Masih Bisa Kita Lihat Dan Kita Kunjungi Yaitu Situs Purbakala *“CANDI SURO”.* Adapun Lokasinya Berada Di Desa Pagiyanten, Kec.Adi Werna, Kab.Tegal, Jawa Tengah. Di situlah Untuk Kali Kedua Beliau Dan Adik Beliau Sayyid Ahmadun Pulang Ke Rohmatullah Meninggalkan Istri Dan Seluruh Pengikutnya TepatNya Pada Tahun 1460/ 27 Tahun Setelah WafatNya Beliau Kali Pertama.
Dan Untuk Kedua Kalinya, Nyi Mas Ratu Antra Wulan Kembali Menjadi Janda Serta Tetap Eksis Menjadi Penyebar Agama Islam. Beliau Memutuskan Untuk Terus Menyebarkan Agama Islam Ke Arah Timur. Tujuan Beliau Pertama Beliau Adalah Bersilaturrohim Ke Saudara Sepupu Sayyid Suro Sulaiman Di Daerah Paciran, Lamongan. Beliau Adalah *Sayyid Nur Rohmat Alias Sunan Sendang Dhuwur (Paciran, Lamongan) Bin Sayyid Abdul Kohar, Troloyo (Adik Kandung Ayah Sayyid Suro Sulaiman Yaitu Sayyid Syarif Sulaiman, Sultan Baghdad).*
Sesampainya Di Padepokan Sayyid Nur Rohmat Alias Sunan Sendang Dhuwur, Beliau Di Terima Dengan Sangat Istimewa Oleh Keluarga Sunan Sendang Dhuwur. Lalu Nyi Mas Ratu Antra Wulan Mengemukakan Isi Hatinya Untuk Tetap Melanjutkan Cita-cita Suaminya Yakni Terus Berdakwah Sampai Allah Swt Memanggilnya Pulang Ke Rohmatullah. Kemudian Sunan Sendang Dhuwur, Menyarankan Untuk Berdakwah Di Daerah Seberang Timur Sungai Berantas. Dimana Tempat Tersebut Banyak Di Huni Oleh Masyarakat Majapahit Yang Masih Memegang Teguh Ajaran Leluhur. Maka Berangkatlah Nyi Mas Ratu Antra Wulan Di Antar Kanjeng Sunan Sendang Dhuwur Di Pelabuhan Lamongan Untuk Naik Perahu Sampai Dengan *Pelabuhan Karang Gayam Di Sidoarjo* Dan Meneruskan Perjalanan Beliau Dengan Berjalan Kaki Sambil Berdakwah Kepada Siapapun Masyarakat Yang Ditemuinya Diperjalanan. Untuk Kali Kedua Beliau Di Hadang Kelompok Orang-orang Beringas Yang Tidak Menghendaki Beliau Berdakwah Di Wilayah Tersebut.
Dengan Alasan Bahwa Mereka Tidak Mau Berpindah Dan Mengkhianati Ajaran Leluhur. Mereka Berjumlah Banyak Dan Pemimpin Mereka Ada Tiga Orang Yang Sakti Mandraguna. Nama Tiga Pemimpin Mereka Tersebut Adalah :
1. Ki Purwo Pandego Cokro Birowo.
2. Raden Aryo Wicaksono.
3. Ki Sampar Brojoghini (Ki Brojo Musthi).
Mereka tidak suka dan sangat marah dengan Dakwah Nyi Mas Ratu Antra Wulan. Mereka Akhirnya Memutuskan Untuk Menghadang Perjalanan Dakwah Nyi Mas Ratu Antra Wulan dengan cara Mengusir Beliau, Tapi Jika Melawan Maka Akan Di bunuh. Untuk Ke Sekian KaliNya, Pada Saat Beliau Dalam Kondisi Terdesak Dan Terjepit, Beliau Menyeruh Kepada Allah Swt: “Ya Allah Andai SuamiKu Masih Hidup Maka Orang-orang Beringas Ini tidak akan bisa MembuatKu Sengsara”, Begitu Berulang Kali, Sampai Suatu Kejadian Di Luar Akal Sehat Manusia Terulang Kembali. Tiba-tiba bagian belakang pundak Nyi Mas Ratu Antra Wulan Ada Yang Memegang Dan Mengatakan: “Jangan Khawatir IstriKu, Aku Sudah Ada Di BelakangMu Dan Akan Aku Insyafkan Mereka Sehingga Mereka Berhenti dan kelak akan Menjadi Pembela Agama Allah Swt”. Begitu Mendengar Suara Yang Tak Asing Di TelingaNya, Serentak Nyi Mas Ratu Antra Wulan Menoleh Ke Belakang Dan Begitu Terkejutnya Beliau Melihat SuamiNya Kembali Hidup Serta Berada Di Belakangnya Dan Siap Bertarung Dengan Orang-orang Beringas Tersebut. Al Hasil Karena Ma’unah Allah Swt, Orang-orang Beringas Tersebut, Berhasil Di Kalahkan Dan Berjanji Untuk Memeluk dan Mempelajari Agama Islam Sekaligus Menjadi Pengikut Setia Sayyid Suro Sulaiman Hingga Akhir Hidupnya. Demikianlah Perjalan Dakwah Islamiyah Nyi Mas Ratu Antra Wulan Bersama Suami Tercinta Sayyid Suro Sulaiman, Yang Akhirnya Memutuskan Untuk Membangun Sebuah Padepokan Yang Diberi Nama Padepokan *“BALUNGDOWO”* yang memiliki makna Umur Panjang Dan Banyak Saudara, Di Suatu Tempat Yang Akhirnya Sekarang Bernama Desa Balungdowo, Kec. Candi, Kab. Sidoarjo, Propinsi Jawa Timur.
Di Tempat Inilah Akhirnya Nyi Mas Ratu Antra Wulan Binti Ki Pancawala, Istri Tercinta Sayyid Suro Sulaiman Kembali Ke Rohmatullah Mendahului SuamiNya, Yang Sudah Dua Kali Mendahuluinya. TepatNya Pada Tanggal 10 Muharram 922 Hijriyah/ Tahun 1501 Masehi. Dan Sepuluh Tahun Kemudian, Sayyid Suro Sulaiman Kembali Pulang Ke Rohmatullah Untuk Kali Ketiga Dan Selama-lamanya Mendampingi Istri Tercintanya, Di Haribaan Allah Swt Yakni Pada Tanggal 6 Rabi’ul ‘Awal 932 Hijriyah/ 1511 Masehi. Adapun Peristirahatan Sayyid Suro Sulaiman Dan Nyi Mas Ratu Antra Wulan, Berada Satu Komplek Pemakaman Bersama Keturunan Dan Tiga Pengikut Setia Beliau.
Adapun Beliau Yang Yang bersemayam Di Komplek Pemakaman Tersebut Yaitu:
*1. Sayyid Syarif Abdurrohman Bin Sayyid Syarif Sulaiman Al Baghdadi (Mbah Sayyid Suro Sulaiman).*
2. Nyi Mas Ratu Antra Wulan.
3. Syaikh Aly Mukti.
4. Istri Syaikh Aly Mukti.
5. Syaikh Syihabuddin.
6. Istri Syaikh Syihabuddin.
7. Syaikh Umar Faruq.
8. Istri Syaikh Umar Faruq.
9. KH. Achmad Hasan.
10. Istri KH. Achmad Hasan.
11. KH. Achmad Mukmin.
12. Istri KH. Achmad Mukmin.
13. Kyai Hasan Mukmin *_(Pahlawan Kabupaten Sidoarjo Sekaligus Ulama’ Penyebar Filosofi Jawa: “SURO DIRO JOYO NINGRAT LEBUR DHENING PANGASTUTI”)_*
14. Istri Kyai Hasan Mukmin.
15. Ki Purwo Pandego Cokro Birowo (Santri Sayyid Suro Sulaiman).
16. Raden Aryo Wicaksono (Santri Sayyid Suro Sulaiman).
17. Ki Sampar Brojoghini/ Ki Brojo Musthi (Santri Sayyid Suro Sulaiman).
_Wallahu A’lam Bishshowab._
Semoga Bermanfaat Dan Bisa Menginspirasi Bagi Kehidupan Kita Di Dunia Dan Akhirat.
*Aamiin Yaa Mujibas Saa'iliin.*
Disusun Oleh :
_TTD_
*_KRT. KH. Mukhammad Musyrifin Puja Reksa Budaya_*
_Khodimul Ummat, Dlo’if wal Faqiir Ilaa Rohmatillah Tahta Aqdami Turobbikum Bengkel Akhlaq Padepokan Dzikir Dan Ta’lim Bumiaji Panatagama Kota Batu_
Navigation
Post A Comment: