“Cring-cring”, begitu bunyi gelang yang dipasang di kaki besut dan rusmini, melangkah masuk ke gedung dalam pasar gubeng.
Baru 15 meter melangkah, besut dan rusmini bersama aktivis garda Covid-19 asli papua dr. stevany dan Elfraim (mahasiswa kedokteran gugi unair) menemukan ped
agang ayam potong tidak pakai masker.“Iki gaween yuk! ojo ngenteni kenek corona (ini kamu pakai mbak, jangan nunggu kena corona,red).” Besut dan Rusmini memberi masker kepada ibu pedagang ayam potong tersebut.Dua detik kemudian besut dan rusmini menoleh ke kiri, tampak anak perempuan seusia kelas 2 SD tidak pakai masker.
“lho lho sik nduk mandeg (sebentar-sebentar mbak berhenti) dulu” Besut dan rusmini menghentikan laju langkah sang anak dan ibunya.
“lho bu iki digawe maskere, anak iki sing duwe bongso lan negoro”
Sang anak dan ibu tampak gembira.
Seorang pembeli menghampiri dr. Stevany untuk meminta face shield.
“Ngapunten pak, face shield terbatas untuk diberi ke pedagang dulu” jawab dr. Stevany
“ayo bapak ibu jaga jarak, pakai masker lan cuci tangan. ben awake gak kenek coroooona”
Dalam waktu 30 menit bantuan donasi yang dibagikan ludes.
“Kalau yang lain sudah tertib, hanya 4 orang tadi kepergok gak pakai masker. Satu temuan sudah sangat berharga mas.”
Maturnuwun para donatur dari bu gubernur, bu sekda surabaya atau darmawanita persatuan surabaya, dan sebagainya. Sesuk ketemu nag pasar liyane mas (red)
Post A Comment:
0 comments: