PASURUAN,suarakpkcyber.com-Permasalahan yang dialami fotografer Jawa Pos Radar Bromo, M. Zubaidillah, saat peliputan di Pasar Gondang Wetan, berbuntut panjang. Hari ini (27/10/2020), Aliansi Jurnalis Pasuruan Bersatu (AJPB) mendatangi kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Pasuruan. Kedatangan jurnalis dari berbagai media itu untuk mendengar klarifikasi dari Disperindag.
Melansir dari Jawa Pos Radar Bromo, fotografer M. Zubaidillah mendapat perlakuan yang tidak mengenakkan. Perlakuan itu didapat pria yang akrab disapa Ube tersebut dari seorang mandor pembangunan Pasar Gondang Wetan.
Saat itu, Ube bermaksud mengambil gambar proses pembangunan pasar. Pria berambut gondrong ini mengambil gambar dari luar pasar menggunakan lensa jarak jauh.
Namun, oleh mandor pasar -yang belakangan diketahui bernama Nur- fotografer ini dilarang mengambil gambar. Nur bahkan menyamakan Ube dengan maling.
"Kamu tidak izin, kamu itu sama saja dengan maling. Moto-moto nggak pakai izin. Saya nggak takut dengan orang model kayak kamu. Sepuluh atau 20 orang kayak kamu pun saya nggak takut," kata Ube menirukan ucapan Nur.
Nah, ucapan inilah yang memantik reaksi jurnalis lainnya. Apalagi sudah menjadi rahasia umum di kalangan jurnalis, pengelola pasar di Kabupaten Pasuruan bak alergi dengan jurnalis.
Unek-unek insan media rasanya tumplek blek di kantor Disperindag. Kalangan pers tersebut ingin mendengar klarifikasi langsung dari Disperindag.
Pemimpin redaksi Lumbung Berita, Masroni, mempertanyakan sikap mandor tersebut. Apakah sikap itu atas instruksi atau tidak. Karena menurutnya hampir di seluruh pasar di Kabupaten Pasuruan bersikap seragam.
"Kalau ini bersifat instruksional, jelas berbahaya. Berarti ada sesuatu yang sengaja ditutupi. Karena hampir semua pasar seperti itu," terangnya.
Menanggapi hal itu, Kepala Bidang Pengelolaan Pasar Disperindag Kabupaten Pasuruan, Gatot Sutanto, menjelaskan bahwa tidak ada instruksi demikian. Ia menjelaskan sikap mandor tersebut murni kekurang pengetahuan sang mandor terhadap tugas jurnalis.
"Mandor kurang memahami atas tugas-tugas jurnalis. Karena mereka tidak mengetahui kinerja jurnalistik. Kami selaku disperindag menyampaikan minta maaf," akunya.
Dalam penjelasannya, pria yang akrab dipanggil Gatot itu mengatakan saat revitalisasi pasar, area sekitar memang dipagari seng. Hal itu untuk kelancaran proses revitalisasi.
"Biar tidak ada hambatan maka kami tutup pakai seng. Didalam seng kami tidak bisa intervensi. Semua kewenangan pelaksana. Karena kalau masuk lokasi proyek, wajib pakai APD Proyek," paparnya.
Dalam hitungan pimred suarakpkcyber, Gatot tercatat beberapa kali melontarkan ucapan permintaan maaf, Namun, ucapan Gatot tersebut tak membuat kalangan jurnalis puas.
"Tadi saya mendengar Pak Gatot mengatakan kalau di dalam seng bukan kewenangan Disperindag. Berarti itu kan kewenangan pelaksana proyek. Maka, hadirkan sekarang si mandor tersebut," ucap Kabiro Pojok Kiri Pasuruan, Sulistiawan.
Pernyataan Sulis ibarat mewakili seluruh jurnalis yang hadir. Seluruh insan pers memang penasaran dengan sosok Nur si mandor arogan tersebut. Namun, lagi-lagi juru berita harus gigit jari. Nur tetap tak bisa dihadirkan, karena sakit.
"Mohon maaf, tadi sudah saya infokan untuk datang kesini. Tapi yang bersangkutan tak bisa hadir karena sakit," ungkap Bagus Iswanto, perwakilan PT Alkantara selaku pelaksana proyek.
Sebagai gantinya, pelaksana proyek berjanji akan melakukan pemecatan kepada mandor. Janji PT Alkantara ini rupanya belum membuat jurnalis puas. Juru warta menuntut adanya permintamaafan tertulis dari PT Alkantara di seluruh media yang hadir.
"Kalau untuk permintamaafan secara tertulis di masing-masing media, saya belum bisa memberikan keputusan. Akan kami koordinasikan dulu dengan pimpinan perusahaan. Karena saya disini sekadar perwakilan," ulas Bagus.
Sementara M. Saifudin Zuhri selaku Pejabat Pembuat Komitmen Disperindag Kabupaten Pasuruan mengatakan pihaknya telah memberikan pembinaan kepada petugas pasar. Utamanya berhubungan dengan jurnalis.
"Kami sudah memberikan pembinaan keseluruh pasar. Bahwa jurnalistik adalah mitra kita. Silahkan ambil foto. Tidak perlu izin," bebernya.
Pria yang kerap disapa Udin ini menggaransi kejadian yang menimpa Ube adalah yang pertama sekaligus terakhir. Kedepannya, ia mempersilahkan seluruh jurnalis untuk hadir di pasar manapun. Pihaknya juga mengaku siap bersinergi dengan jurnalis.
"Silahkan hadir di Pasar manapun. Kalau menemukan kejanggalan, jangan segan-segan hubungi saya. Pasti kami sikapi. Demi kebaikan bersama," pungkasnya.(red)
Post A Comment:
0 comments: