JAKARTA,suarakpkcyber.com- Asosiasi Sepakbola Provinsi Nusa Tenggara Timur (Asprov PSSI NTT) hari ini (4/12/21) menggelar kongres dengan agenda utama pemilihan Ketua Asprov PSSI NTT masa bakti 2021-2025. Kongres akan digelar di Hotel Pelangi, Kupang, diagendakan akan dibuka oleh Wakil Gubernur NTT Yosef Nai Soi. 23 pemilik suara di PSSI NTT siap memilih nahkoda baru.
Dua kandidat Fary Djemi Francis dan Petrus Christ Mboeik, maju setelah mendapat dukungan dari 20 voters saat fase pendaftaran dibuka. Untuk memperkenalkan sosok kedua calon pimpinan Asprov PSSI NTT kepada masyarakat, RRI Kupang dalam segmen acara Lintas Kupang Pagi, coba menghadirkan ke dua kandidat dan Sekretaris Asprov PSSI NTT Lambert Tukan. Sayangnya salah satu calon, Christ Mboek tidak hadir, sehingga masyarakat tidak punya banyak informasi tentang sepakterjang dan program yang ditawarkan olehnya. Jika Christ hadir memanfaatkan ruang ini untuk memaparkan kiat-kiatnya dalam memimpin PSSI NTT kedepan, tentu masyarakat terlebih para ASKAB akan mempertimbangkan kemana pilihan akan ditentukan hari ini.
Pengembangan sepakbola harus diperhatikan di seluruh NTT, termasuk dengan menggalakkan kompetisi di semua kelompok umur. Ini harapan out put dari kongres PSSI NTT. Sepakbola NTT perlu lokomotif baru, perlu energi baru dalam membangkitkan kompetisi yang nyaris mati suri, tegas Marsel Muja mantan Ketua Forum Komunikasi Flobamora Jabodetabek.
Para penggiat sepakbola menitipkan harapan besar di pundak Ketua PSSI NTT yang terpilih nanti. Penataan kompetisi , pembinaan pemain, penyegaran wasit/pelatih, pengelolaan sepakbola secara professional menjadi catatan bagi sipapun Ketua PSSI NTT kelak.
Kepengurusan baru PSSI NTT memiliki pekerjaan rumah yang berat, paling tidak mempertahankan keikutsertaan NTT di PON XXI nanti. Kegagalan di PON Papua bisa menjadi bahan evaluasi sejauh mana filosofi sepakbola NTT. Kontrak pelatih kedepan harusnya jelas, bagaimana mungkin seorang pelatih berlisensi nasional disuruh melatih dengan kotrak jika boleh meminjam istilah anak milenial PHP (pemberi harapan palsu).
Menyaksikan Dialog Lintas Kupang Pagi di RRI Kupang (3/12/21) ada secercah harapan yang ditawarkan Fary Francis. Maju dengan bermodalkan 4 catatan yang dititipkan Asosiasi Sepakbola Kabupaten (ASKAB), bagi seorang Fary bukanlah hal yang sulit karena beliau pernah berkecimpung di kepengurusan PSSI di era Letjen TNI (P) Edi Rachmayadi. Berjalannya kompetisi secara terstruktur, infrastruktur sepakbola di setiap daerah (traning base), penyegaran lisensi wasit/pelatih, pengelolaan sepakbola NTT secara industri (professional), merupakan permintaan ASKAB kepada Fary jika dia terpilih kelak. Melihat rekomendasi ASKAB tersebut, rasanya tidak berlebihan karena mereka paham akan jaringan dan kemampuan Komisaris Utama ASABRI jika diamanahkan menjadi nahkoda PSSI NTT.
“Saya menangkap sinyal dukungan kepada Fary cukup kuat, hanya badai tsunami saja yang bisa runtuhkan dukungan ASKAB. Dukungan ini menandakan masyarakat NTT butuh perubahan, kita punya talenta tidak kalah dari daerah lain, sayangnya sepakbola kita tidak pernah diurus dengan benar dan profesional”, tegas Nelson M.Noak mantan anak didik Jack Lay di PSK Kupang.
Jika benar 16 ASKAB telah sepakat memberikan suaranya kepada Fary Francis, rasanya Kongres nanti sore hanya butuh penegasan dari mantan penjaga gawang Persedil sebagai Ketua PSSI NTT. Dukungan 16 ASKAB menjadi modal Fary membawa perubahan dalam tubuh PSSI NTT. Belajar dari kepemimpinan Asprov sebelumnya, leadership dan kolektivitas kepemimpinan yang selama ini hilang bisa dimulai di era baru, berikan porsi bagi Executive Commite (Exco) jangan lakukan “solo run” seperti kepemimpinan sebelumnya. Pilihlah sekretaris yang bisa menggerakkan roda organisasi, tidak otoriter seperti yang lalu.
Jangan hanya bagus di program, tapi juga bagaimana prestasi Tim Sepakbola NTT bisa terangkat. Bagaimana kita bisa menjadi tuan rumah yang baik untuk berbagai event sepakbola, karena sepakbola itu mencerminkan daerah melalui nilai-nilai olahraga, terutama respek.
Publik menunggu gebrakan Ketua Umum Indonesia Football Forever (IFF), bagaimana integritas dan kesungguhannya merespon tantangan ini. Akankah dari Bumi Flobamora akan lahir Klub NTT yang berlaga di Liga 2 ataukah kedepan akan banyak pemain NTT yang berkiprah di Timnas ? Ini harapan dan mimpi masyrakat NTT. Untuk itu biarkan Kongres ini berjalan fair play, jangan menekan pemilik suara dengan mengatasnamakan jabatan tertentu. Sepakbola tidak punya ras, suku atau agama, jangan bawa sepakbola ke ranah politik, lakukan musyawarah dengan fair play. Seperti musik, bahasa sepakbola universal. Bravo Sepakbola NTT, jayalah Sepakbola Indonesia.(usj)
Post A Comment:
0 comments: