PASURUAN,suarakpkcyber.com-Situasi - kondisi banyaknya kerusakan alam maupun terganggunya alam atas ulah tangan-tangan manusia yang kurang peduli lingkungan, telah menjadi penyebab kecemasan bagi manusia itu sendiri, termasuk ketika Musim Penghujan datang, lebih-lebih diluar prediksi hari-hari ini berlangsung hampir tiap hari dengan curah hujan yang tinggi, kian menyebabkan banyak yang was-was. Namun perlu ikhtiar antisipasi sekecil apapun memasuki Musim Penghujan bulan Oktober 2022 ini yang diluar prediksi.
Begitu pula untuk wilayah Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, yang hari-hari ini curah hujannya tinggi dan tiap tahun ada kawasan tertentu yang terjadi banjir.
Untuk antisipasi hal-hal tersebut salah satunya dilakukan Forum DAS Wrati sinergo dengan perusahaan di Kecamatan Beji, Bagana NU Bangil, bersama warga melakukan aktivitas peduli lingkungan dengan melakukan kegiatan bersih-bersih Sungai Wrati, Minggu 23 Oktober 2022.
Kegiatan semacam itu penting untuk wilayah Beji dan sekitar, lebih-lebih untuk Kecamatan Beji, Prigen, Pandaan, Gempol, Bangil. Apalagi yang sudah sudah, terjadi empat desa di dua kecamatan yaitu Desa Cangkringmalang, Kedungringin, Kedungboto di Kecamatan Beji serta Desa Tambakan di Kecamatan Bangil selalu menjadi langganan banjir kiriman dari wilayah diatasnya yakni Prigen, Pandaan dan Gempol. Sehingga kegiatan bersih-bersih Sungai Wrati sekaligus sebagai upaya meminimalkan dampak banjir akibat luapan Sungai Wrati yang membelah empat desa tersebut.
KEGIATAN ANTISIPATIF BANJIR
Banyak penyebab dilakukannya aktivitas bersih-bersih Sungai Wrati, diantaranya antisipatif, sebagai tindakan antisipasi bencana banjir. Dikarenakan, jalur sepanjang Sungai Wrati banyak tertutup tanaman liar terutana Enceng Gondok.
Tak berlebihan Henry Sulfianto (Londo) selaku Ketua DAS Wrati Sinergi Henry Sulfianto mengungkapkan tentang kondisi Sungai Wrati yang memprihatinkan. Apalagi sepanjang sekitar 17 kilometer badan sungai dipenuhi tanaman liar atau tertutup Enceng Gondok.
Menurut Henry Sulfianto (Londo) jika hal tersebut dibiarkan maka arus sungai tidak bisa mengalir maksimal. Dengan begitu ketika musim hujan (apalagi dengan curah hujan yang serasa tiba-tiba tinggi, red.) maka sungai tidak mampu menampung kapasitas air yang kemudian menjadikannya meluber pada pemukiman warga di sepanjang bantaran Sungai Wrati seperti yang pernah terjadi pada akhir tahun 2018 lalu, dimana ketika itu beberapa dusun di Desa Kedungringin terendam air rata-rata setinggi sekitar satu meteran.
Hal tersebut, kata Henry Sulfianto, menjadi penyebab banjir di empat desa. "Jadi upaya kami ini (bersih-bersih Sungai Warati, red.) untuk meminimalisir potensi banjir yang diakibatkan dari luapan air Sungai Wrati," ungkap Henry Sulfianto, apalagi delapan puluh persen (80 %) Sungai Wrati tertutup Enceng Gondok. Untuk kegiatan kali ini yang dilakukan Forum DAS Wrati bersama warga dan saling mengisi dengan pabrik, akan dilakukan kegiatan selama sepuluh hari untuk upaya pembersihan Enceng Gondok.
Untuk itu Londo berharap, upaya bersih-bersih Sungai Wrati itu bisa maksimal, serta bisa selesai dalam sepuluh hari untuk 17 km alur Sungai Wrati.
Henry Sulfianto pun menyampaikan kegiatan bersih-bersih sungai tersebut mendapat dukungan dari beberapa perusahaan yang beroperasi di sekitar Kecamatan Beji. "Ini merupakan bentuk sinergitas antara warga dan pihak perusahaan, untuk bersama peduli Sungai Wrati ini," ungkap Londo.
Sebagai catatan, empat desa yang menjadi langganan banjir ketika Musim Penghujan yaitu Desa Cangkringmalang, Kedungringin, Kedungboto dan Tambakan, sebagai dampak meluapnya Sungai Wrati.
Untuk itu Henry Sulfianto juga meminta agar Pemkab Pasuruan dan BBWS agar melakukan normalisasi karena Sungai Wrari ini sudah dangkal. "Ini tanggung jawab pemerintah," tandas Henry Sulfianto, sebab untuk normalisaai Sungai Wrati tidak hanya cukup dengan membersihkan Enceng Gondok, akan tetapi juga perlu normalisasi Sungai Wrati agar upaya pencegahan banjir bisa maksimal karena dilakukan bersama-sama.
Diantara pesan dari aktivitas bersih-bersih Sungai Wrati adalah pentingnya peduli lingkungan secara bersama-sama, dengan pemerintah yang harusnya menjadi motor penggerak, tidak hanya warga.(usj)
Post A Comment:
0 comments: